Cerita Nenek Ginem, Tidur dan Makan di Atas Tumpukan Sampah yang Jadi Sarang Tikus, Tak Diakui Keluarga
Seorang nenek di Nunukan, Kalimantan Utara, Waginem, tinggal sebatang kara di usianya yang mencapai 71 tahun.
Hidupnya merana sebab tak ada keluarga yang mengakuinya. Nenek Ginem, demikian dia disapa, tinggal di rumah kecil, hanya berukuran 3x4 meter. Tak cuma kecil, kondisinya mengenaskan serta tak terawat karena dipenuhi sampah dan menimbulkan bau tak sedap.
Baca juga: Nenek Waginem Tinggal Sebatang Kara di Rumah Penuh Sampah, Bercampur Uang, Jadi Sarang Tikus Rumah penuh sampah Di Rumah yang berada di RT 07, Nunukan Barat itulah Nenek Ginem melakukan aktivitas makan hingga tidur. Padahal segala jenis sampah menumpuk di rumahnya, mulai dari plastik sampai daun bekas bungkus makanan. Tak heran, banyak hewan seperti tikus dan kecoa berkeliaran di rumah tersebut.
"Namanya sampah baunya menyengat, sudah pasti tikus, kecoa betah, kita kasihan tapi tidak bisa apa-apa" kata Ketua RT 07 Nunukan Barat, Sugeng menuturkan keseharian nenek Ginem, Rabu (6/1/2021). Setiap makan, Ginem duduk di atas sampah dan langsung membuang sisa makanan di dalam rumah. Begitu pula saat tidur, Ginem merasa tidak masalah dengan tumpukan sampah itu. Ginem bahkan biasa tidur di dalam sarungnya yang sangat kotor di atas tumpukan sampah.
Foto Ilustrasi(shutterstock) Teriak dan marah Ginem dikenal sebagai orang yang keras dan temperamental. Hal itulah yang menyebabkan masyarakat kesulitan membantu Ginem. Sebab ketika dibantu, Ginem justru marah-marah dan teriak-teriak. "Dia memang suka marah kalau barangnya ada yang sentuh, bahkan kalau masyarakat sekitar bantu membersihkan rumah, dia marah marah, sampahnya dia kembalikan lagi ke rumahnya," kata Sugeng.
Bahkan petugas Dinas Sosial yang mendatangi rumahnya pun mengaku sulit memberikan pemahaman pada Ginem.
Tidak diakui keluarga Sifat pemarahnya itu tidak terlepas dari kisah hidup Ginem yang menyedihkan. Tidak ada keluarga yang mengakui keberadaannya. Ginem sebenarnya memiliki rumah peninggalan almarhum suami, namun terbakar pada tahun 2015. "Rumah peninggalan almarhum suaminya terbakar pada sekitar 2015 lalu, sejak itu ia menempati rumah bantuan pemerintah Kalimantan Timur, rumah dengan kategori SSS (Sangat Sederhana Sekali)," lanjut Sugeng.
Dia banyak menghabiskan waktu dengan berjalan tanpa tujuan. Ketika pulang, dia biasanya membawa makanan dan uang pemberian orang lain.
Lihat Foto Ilustrasi uang (Dok. Kredivo) Rumah dibedah, ditemukan banyak uang Uang-uang pemberian masyarakat ternyata juga tidak dia simpan dengan baik. Ada uang yang yang disimpan di plastik dan diletakkan bercampur sampah.
Ada pula uang yang sudah seperti sampah karena rusak dan kotor. Keberadaan uang itu diketahui setelah Komandan Koramil Nunukan Kapten Cba Teguh Setiawan memerintahkan anggotanya membedah rumah nenek Ginem. "Kita semprot semua, kecoak, tikus cacing kita basmi, pokoknya kita bersihkan sampai kinclong, dan ternyata dalam tumpukan sampah kita temukan uang, itu ditaruh di banyak kresek, jumlahnya lebih 8 jutaan, yang rusak saja lebih 1 juta uangnya, campur aduk sama sampah." kata Teguh.
Saat itu, penyakit wasir Nenek Ginem kambuh dan dipanggilkan ambulans oleh pihak Koramil. Untuk selanjutnya, dia memerintahkan Babinsa selalu memantau perkembangan Ginem. "Pokoknya mulai sekarang kita awasi ketat si nenek, kasihan sekali sudah tinggal sendirian di usia segitu, wis, intine jadi tanggungan Koramil beliau," tegasnya. Baca juga: Sederet Fakta Meninggalnya Chacha Sherly Eks Trio Macan, Usai Lepas Rindu dengan Keluarga hingga Kecelakaan 7 Kendaraan Kata Dinsos Dinas Sosial Kabupaten Nunukan mengaku sudah lama membujuk Ginem untuk tinggal di panti jompo di Tanjung Selor. Namun Ginem tetap saja memilih tinggal rumah yang penuh sampah itu.
"Jadi dia merasa rumah yang terbakar kemarin itu masih ditempati mendiang suaminya, arwahnya masih temani dia, pokoknya betul betul tidak mau dia," kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Nunukan, Jabbar. Dia memastikan Nenek Waginem sudah terdaftar sebagai penerima bantuan pemerintah, seperti Bantuan Lanjut Usia (BLU) maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan sejumlah bantuan lainnya. Pihaknya akan mencari solusi terbaik agar kehidupan Ginem bisa layak. "Mungkin kita akan rutin datangi beliau, kita rayu untuk supaya mau dibawa ke panti jompo, kita juga usaha cari keluarganya, karena memang sudah lama kita cari tidak ada, ada anak tirinya di Malaysia tapi sudah lama sekali tidak pernah hubungan." kata dia.
Sumber :Kompascom