Harga Cabai Rawit Merah Kian Pedas, Hari Ini Tembus Rp 110 Ribu per Kg. Di Tempat Bunda Berapa?
Awal tahun 2021 harga cabai rawit merah kian pedas. Saking pedasnya, harga cabai rawit merah di Jakarta tembus Rp 110 per kilogram (kg).
Kenaikan harga cabai rawit merah ini rata di pasar tradisional DKI. Di beberapa pasar, terjadi kenaikan yang cukup signifikan dalam waktu sehari. Salah satu lonjakan harga yang cukup drastis terjadi di Pasar Pademangan Timur, dari Rp 60.000 per kg menjadi Rp 100.000 per kg. Harga tertinggi berada di Pasar Mampang Prapatan yang dijual Rp 110.000 per kg.
Adapun untuk harga rata-rata DKI Jakarta per hari ini, yakni Rp 88.125 per kg. Sebagian besar pasar mengalami kenaikan yang bervariasi mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 40.000.
Kondisi yang nyaris sama juga terjadi pada cabai rawit hijau, dengan harga tertinggi tercatat Rp 90.000 per kg di Pasar Kelapa Gading. Begitu pun cabai merah besar yang kini sudah menyentuh harga Rp 100.000 per kg di Pasar Petojo Ilir.
Hingga hari ini, harga cabai rawit merah masih tinggi.
Berdasarkan data info pangan DKI per (6/1), harga cabai rawit merah tertinggi berada di harga Rp 110.000 per kg.
Harga Cabai Rawit Merah Kian Pedas, Hari Ini Tembus Rp 110 Ribu per Kg (1)
Pedagang menunnjukan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kementan Sudah Memperkirakan Harga Cabai Rawit Merah Naik hingga Februari
Kementerian Pertanian (Kementan) bahkan memproyeksikan, kenaikan untuk komoditas tak hanya berlangsung saat momentum perayaan nataru saja. Namun juga akan terus berlanjut hingga akhir Februari 2021.
"Kami melakukan proyeksi harga 11 komoditas strategis sampai awal Januari 2021 karena hadapi nataru.
Telur dan cabai ini masih akan terus meningkat sampai Januari bahkan mungkin Februari, baru akan turun melandai setelah Februari ya," jelas Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementan Inti Pertiwi, kepada kumparan, Minggu (20/12).
Inti menjelaskan, kenaikan harga telur ini terutama dipicu oleh kian melonjaknya permintaan terhadap telur selama pandemi COVID-19. Di mana permintaan per kapita per tahun naik hingga 0,09 kilogram.
Tingginya permintaan itu, lanjutnya, terjadi karena telur menjadi sumber protein yang dipilih untuk menggantikan daging, ayam, hingga ikan, atas alasan penghematan karena belum stabilnya ekonomi. Faktor lainnya yang memicu lonjakan permintaan, yakni momentum nataru dan libur sekolah.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Inti memproyeksikan, tak tertutup kemungkinan harganya akan terus melambung di tahun depan.
"Jadi harga masih akan terus naik tapi hanya di pasar tertentu saja. Lebih dari Rp 30.000 mungkin saja, enggak menutup kemungkinan bisa terjadi, telur itu karakternya itu unik dan kebutuhannya tinggi," pungkas Inti.
Sumber Kumparan