Belajar Ikhlas Menjalani Rumah Tangga Seperti Ibunda Nabi Ismail, Simak Ya Bunda...
Usianya sudah renta. Lamanya sudah memakan banyak waktu atas penantian sosok kecil yang memanggilnya ‘Ayah!’.
Banyak waktu sudah, harapan pada-Nya untuk dititipkan sang pewaris beliau pegang kuat-kuat. Hingga sampai di suatu waktu, buah dari kesabaran dan baik sangkanya kepada Sang Pencipta akhirnya berbuah dengan kelahiran Nabi Ismail.
Tahukah apa yang dirasakannya saat itu?
Tentu bahagia dan syukur tak bisa diungkapkan, hatinya rasakan. Namun apa yang terjadi, tak lama setelah itu, seorang ayah yang sangat merindu dan sangat cinta kepada anaknya diperintahkan untuk meninggalkan si kecil sang buah hati dan sang istri tercinta di sebuah lahan kering tak bertanaman sama sekali.
Ringankah itu bagi Ibrahim? Tentu saja jawabannya pun, tidak.
Saat sang ayah itu meninggalkan putra kesayangannya serta istrinya pula, maka bertanyalah bunda shalihah itu, ‘Wahai, kenapa engkau tinggalkan kami disini?’
Sebuah pertanyaan yang berupa fitrah manusiawi, bagi istri yang membutuhkan perlindungan, terlebih ketika sedang menggendong sang buah hati. Karena itu, bunda Hajar terus menerus bertanya sampai 3x banyaknya, di mana setiap pertanyaan yang diulang selalu membuat Nabi Ibrahim membatu menahan tangisnya.
Sampai akhirnya, mengertilah Bunda Hajar dan bertanya ‘Apakah Allah yang perintahkan ini padamu?’
Maka Ibrahim pun memandang langit dan menjawab dengan suara perlahan, ‘Allah.’
‘Allah takkan sia-siakan kami, engkau berangkatlah,’ suruh wanita Tangguh itu.
Apakah hal ini ringan bagi pasangan suami istri itu?
Jawabannya lagi-lagi ‘Tidak.’
Ikhlas berarti sesuatu yang ringan untuk dilakukan, ringan seolah tak ada beban sama sekali. Maka, dari sini kita bisa belajar tentang keikhlasan dalam menjalankan rumah tangga. Ketika dalam keadaan berat ataupun ringan, tugas kita adalah patuh dan menjalankan perintah-Nya.
Setelah memasuki pernikahan, bukan berarti akan membuat kita merasakan bermacam pelangi rasa kehidupan. Di sinilah keikhlasan kita akan diuji. Di sinilah hati kita digoda oleh berbagai macam bisikan setan yang bersuara di antara kedua telinga, yang mereka bisikan ke dalam dada manusia. []